Jumat, 05 Oktober 2012

Makrozoobenthos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan


Makrozoobenthos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan
Oleh : Mochamad Luqmanul Hakim
Wilayah perairan merupakan media yang rentan terhadap pencemaran.  Berbagai jenis pencemar baik yang berasal dari sumber perumahan, industri, gejala alam, dan lainnya banyak memasuki badan air. Setelah terakumulasi maka secara langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas air.
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida.  Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera.  Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.
Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus berada dalam air yang kualitasnya berubah-ubah.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.  Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos dan interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar.
Makrozoobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan.  Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga.  Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit.  Makrozoobenthos yang memiliki toleran lebih tinggi maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin tinggi.  Tingkat pencemaran terhadap perairan dapat dilihat dengan identifikasi makrozoobenthos yang terdapat di wilayah tersebut.
Pustaka
Allard, M. and G. Moreau. 1987. Effect of Experimental Acidification on Lotic Macroinvertebrate Community. Hydrobiologia 144 : 37- 49
Cummins, K. W. 1975. Fishes dalam Whitton B. A. (ed.). River Ecology. Blackwell Scient Publ. Oxford.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. T. Samingan, Penerjemah.Jakarta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari Fundamentals of        Ecology.
Oey, B. L., R. E. Soeriaatmadja, W. Parjatmo. 1978. Faktor lingkungan Penentu dalam Ekosistem Sungai. Seminar Pengendalian Pencemaran Air Dirjen.         Pengairan Dept. PU-RI. Bandung.
Tudorancea, C.; R. H. Green and J. Huebner. 1978. Structure Dynamics and Production of the Benthic Fauna in Lake Manitoba. Hydrobiologia 64 (1); 59- 95.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar